PROBOLINGGO – Masih dalam nuansa Kemerdekaan Republik Indonesia warga Desa Sidopekso Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo menggelar karnaval budaya. Para peserta yang menggunakan kostum berlatar budaya Indonesia hingga berkonsep teather memanjakan masyarakat yang menyaksikannya.
Salah satu yang menarik perhatian adalah penampilan peserta yang mengangkat kisah sakral asal-usul Suku Tengger yakni legenda cinta Putri Majapahit dan Jaka Tengger yang tak kunjung mendapatkan keturunan. Keduanya memutuskan untuk bertapa dilereng Gunung Bromo hingga Jaka Tengger membuat perjanjian sakral yakni jika diberi 25 anak maka anak terakhir akan dikorbankan ke Kawah Bromo. Inilah cikal bakal Ritual Kasada sebuah upacara pengorbanan demi menepati janji leluhur.
Serta berbagai penampilan kelompok peserta lain mulai dari tarian Kisah Hanoman yang menyelamatkan Dewi Shinta dari Rahwana, tari payung dari Minangkabau, pertujukan kostum daur ulang hingga tumpengan yang berisikan sayur mayur.
“Yang bercerita tentang adanya Suku Tengger di lereng gunung Bromo, berawal dari putri bangsawan kerajaan majapahit yang mengasingkan diri disekitar gunung bromo dan dia bertemu dengan seorang pemuda dan saling jatuh cinta,” jelas Siswandi.
“kemudian keduanya menikah namun belum dikaruniai anak sehingga melakukan pertapaan di Gunung Bromo, dari situ mereka dikaruniai 25 orang anak namun anak terakhir harus dikorbankan, inilah yang kemudian menjadi tradisi Kasada,” imbuhnya.
Karnaval Budaya Desa Sidopekso tak hanya menjadi agenda memeriahkan Kemerdekaan Republik Indonesia namun juga potret nyata kekayaan budaya bangsa, pelestari budaya serta pengingat sebuah peristiwa yang perlu dikenang sepanjang masa. (ags)