TULUNGAGUNG – Lereng sepanjang 70 meter di Jalur Lintas Selatan (JLS) Pantai Sine Tulungagung, Jawa Timur longsor pada Minggu (26/10). Akibatnya dua bangunan warung yang berdiri di atasnya ikut terseret dan mengalami kerusakan parah. Petugas telah memasang police line sebagai penanganan sementara agar pengunjung tidak mendekat.
Rusdianto Camat Kalidawir bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pihak-pihak terkait memasang terpal di atas titik longsor untuk mengantisipasi apabila ada hujan yang berpotensi terjadi longsor susulan. Pihaknya juga telah berkoorddinasi dengan Perhutani untuk segera melakukan himbauan kepada masyarakat sekitar untuk lebih hati-hati dalam melakukan aktivitas jual beli. Seluruh masyarakat yang menikmati wisata sepanjang JLS dihimbau untuk tidak mendekati bibir pantai.
“Kami telah memberikan police line untuk pembatasas dengan harapan agar masyarakat jangan sampai masuk ke area yang mengalami longsor, kemudian untuk menghindari longsor susulan kami sudah kami beri terpal sehingga dapat mengantisipasi bila ada hujan turun susulan,” jelas Rusdianto.
“Sementara kami sudah berkoordinasi Perhutani segera melakukan himbauan kepada masyarakat terutapa pada pedagang kaki lima yang ada di sepanjang JLS ini untuk lebih berhai-hati dalam melakukan kegiatan jual beli,” tambahnya.
Sehari sebelum terjadi longsor muncul tanda-tanda berupa retakan tanah di sekitar lokasi. Dua pemilik warung Supardi dan Solikin lansung mengevakuasi sejumlah barang-barang. Benar saja pada Minggu pagi tanah bekas timbunan sepanjang 70 meter tiba longsor dan menyeret dua warung di atasnya. Beruntung saat kejadian kedua warung telah ditutup sehingga insiden ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa maupun luka. Akibat kejadian ini Supardi mengaku mengalami kerugian Rp 250 juta.
“Tidak sampai menimbulkan korban karena sekitar jam 6 sore itu semua sudah antisipasi dan warung sudah saya tutup,” terang Supardi.
“Saya hanya sempat menyelamatkan alat-alat dapur saja, kira-kira untuk kerugian sekitar Rp250 juta karena ini baru saya bangun 2 minggu yang lalu,” imbuhnya.
Sebelumnya pihak Perhutani dan Pemerintah Daerah sempat menertibkan puluhan warung berdiri di atas lereng karena belum berizin dan rawan longsor. Selain itu struktur tanah yang merupakan timbunan langsung menghadap ke laut dengan kemiringan lebih dari 45 derajat dan menjorok ke laut dengan kedalaman lebih dari 50 meter. Namun, saat ini bangunan warung berdiri secara masif dan justru beberapa di antaranya memiliki konstruksi beton. (ags)
