NGANJUK – Masyarakat yang berada di perbatasan kecamatan dari 3 kabupaten yakni Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk, Desa Mekikis Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri dengan Desa Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari lantaran jembatan penghubung yakni Kertosono Lama mengalami kerusakan sejak bulan Maret lalu sehingga dilakukan penutupan total. Sebelumya, Jembatan Kertosono Lama merupakan akses vital masyarakat dalam aktivitas sosial dan ekonomi antar wilayah. Rusaknya jembatan ini membuat warga harus melewati jalur provinsi yang ramai dan tak cukup luas sehingga rawan terjadi kemacetan.
Berdasarkan laporan resmi dari Pemerintah Desa Pelem dan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Kabupaten Nganjuk keruntuhan jembatan disebabkan oleh fenomena scouring atau penggerusan tanah yang meluas pada pilar jembatan. Hal itu menyebabkan struktur jembatan runtuh dan pondasi menjadi tidak stabil.
Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi menyatakan bahwa pihaknya telah mengusulkan ke BNPB Pusat di Jakarta untuk meminta perbaikan agar dapat kembali dipergunakan sesuai fungsinya. Ia juga menekankan bahwa Jembatan Lama Kertosono atau yang kerap disebut Tretek Kertosono Lama ini bukanlah cagar budaya.
“Sekali lagi saya tegaskan bahwa jembatan yang mulanya dikenal sebagai Jembatan Tretek Kertosono ini bukan cagar budaya, untuk menindak lanjuti rusaknya jembatan saya dengan wabup mengunjungi BNPB di Jakarta untuk minta perbaikan, Itu satu punya Kediri dan satu punya Nganjuk,” ungkap Marhaen.
Salah satu pelajar Muhammad Ikram mengharapkan agar jembatan lama segera diperbaiki sehingga dapat memangkas waktu tempuh sekaligus mempermudah akses transportasi. Menurutnya, jembatan baru yang merupakan jalur provinsi sangat ramai dan sempit sehingga rawan terjadi kecelakaan.
“Ya maunya gitu agar tidak terlalu jauh kalau dari jembatan sana karena ramai sekali, saya berharap bisa dibangun secepatnya untuk mempermudah akses,” ungkap Ikram. (gnd)